Ternyata Kesurupan Itu Masalah Psikologis Loh!
![]() |
| Ilustrasi seorang kesurupan diobati dukun. dok. Chat GPT AI |
Kesurupan bukan karena roh halus, tapi reaksi psikologis bernama desosiasi akibat stres dan tekanan emosional.
Pernah lihat orang kesurupan terus langsung heboh satu sekolah atau satu kampung? Reaksinya pasti macem-macem—ada yang panik, ada yang baca doa, sampai ada juga yang percaya kalau orang itu “kemasukan” makhluk halus. Tapi, nih, kalau dilihat dari kacamata medis, ternyata kesurupan bukan karena roh atau jin, loh. Fenomena ini justru punya penjelasan ilmiah yang berhubungan sama kondisi kejiwaan seseorang. Yuk, kita bahas biar gak salah paham lagi!
Kesurupan itu dalam dunia psikologi dikenal sebagai reaksi desosiasi. Simpelnya, ini adalah kondisi di mana seseorang kehilangan kesadarannya terhadap realitas di sekitarnya. Pikiran kayak “terputus” sementara dari tubuhnya karena stres atau tekanan mental yang berat banget. Nah, ketika hal ini terjadi, tubuh bisa bereaksi macam-macam — mulai dari teriak, menangis, atau bahkan ngomong hal-hal aneh tanpa sadar. Jadi bukan karena ada roh yang masuk, tapi karena pikiran lagi ‘overload’ dan butuh istirahat darurat.
Menariknya lagi, kesurupan lebih sering terjadi pada perempuan. Kenapa begitu? Karena secara emosional, perempuan punya tingkat sensitivitas yang lebih tinggi. Mereka cenderung memendam perasaan dan lebih mudah tersentuh sama hal-hal di sekitarnya. Misalnya, ketika ada masalah keluarga, tekanan di sekolah, atau kehilangan seseorang yang disayang, emosi yang gak tersalurkan bisa menumpuk. Nah, kalau beban itu sudah terlalu berat, reaksi desosiasi alias kesurupan bisa jadi cara alam bawah sadar buat “melepaskan” tekanan itu.
Kesurupan dari Sisi Medis: Antara Stres dan Pikiran yang Lelah
Kalau dalam pandangan medis, kesurupan bukan hal mistis, tapi respon psikologis terhadap stres berat. Saat seseorang gak kuat menghadapi tekanan emosional, otaknya kayak “menarik rem darurat”. Ia memisahkan kesadaran agar gak terlalu merasakan beban itu. Akibatnya, muncul perilaku yang tampak aneh—seolah-olah dia bukan dirinya sendiri.
Beberapa faktor yang bisa memicu kondisi ini antara lain:
- Stres berlebihan karena masalah pribadi, keluarga, atau pekerjaan.
- Kehilangan orang yang disayang, yang bikin trauma mendalam.
- Kecemasan dan ketakutan ekstrem, terutama kalau dibiarkan tanpa dukungan.
- Kelelahan fisik dan mental, sehingga tubuh dan pikiran gak bisa lagi sinkron.
Dalam situasi kayak gini, penting banget buat orang sekitar nggak panik atau langsung menuduh hal mistis. Langkah awal yang disarankan dokter adalah membuat suasana tenang. Korban bisa dibawa ke tempat sepi, jauh dari keramaian, lalu dibantu menenangkan diri. Dalam beberapa kasus, psikiater mungkin memberi obat penenang atau obat tidur ringan supaya pikirannya bisa istirahat. Begitu bangun, biasanya korban sadar lagi dan gak ingat apa pun tentang kejadian itu.
Yang lebih penting, pencegahan kesurupan bisa dilakukan dengan menjaga kesehatan mental. Caranya? Banyak, kok! Mulai dari rutin curhat ke orang yang dipercaya, rajin olahraga, tidur cukup, sampai belajar menerima masalah dengan pikiran jernih. Dengan begitu, stres bisa dikendalikan, dan pikiran tetap stabil meski hidup kadang berat.
Jadi, daripada langsung berpikir mistis tiap kali lihat orang kesurupan, lebih baik kita lihat dari sisi medisnya dulu. Fenomena ini bukan tentang jin atau roh, tapi tentang pikiran manusia yang lagi kewalahan. Tubuh dan otak punya cara sendiri buat bilang, “Aku capek, tolong istirahat dulu.”
Kesurupan justru jadi pengingat pentingnya menjaga kesehatan mental. Sama kayak tubuh yang butuh istirahat kalau lelah, pikiran juga butuh ruang untuk tenang. Kalau kamu lagi stres, jangan dipendam sendiri—coba ceritakan, relaksasi, atau bahkan cari bantuan profesional. Ingat, pikiran sehat = hidup lebih tenang. Jadi, yuk, rawat mental kita dari sekarang sebelum “overheat” kayak sistem komputer yang kelebihan beban!***

.png)
No comments